Panduan Melakukan Investigasi Kayu Ilegalini memberikan instruksi yang jelas mengenai
cara dimana siapapun bisa memainkan peran dalam melakukan investigasi terhadap
rantai pasok kayu illegal. Dalam panduan ini terdapat penjelasan yang
terperinci mengenai sumber-sumber informasi dan perangkat-perangkat yang dapat
dimanfaatkan untuk mencari tahu apakah kayu tertentu yang dipanen dengan
melanggar hukum, diperdagangkan dan dijual di pasar-pasar yang sensitif.
Panduan ini tersedia dalam Bahasa Inggris, Perancis, Spanyol dan Indonesia. Panduan ini bisa diunduh dan dicetak sebagai file PDF yang disertai ilustrasi, atau dibaca langsung dalam situs ini.
1. Pendahuluan
Penebangan liar yang merajalela telah menciptakan berbagai
dampak yang sangat destruktif terhadap kehidupan liar, masyarakat dan iklim
global. Pemerintah dari berbagai negara yang menghadapi masalah penebangan liar
dan perdagangan yang terkait dengannya telah mengalami kerugian dari hilangnya
pemasukan hingga mencapai milyaran dolar, sementara masyarakat adat dan
komunitas lokal yang bergantung pada hutan kehilangan lahan dan mata
pencaharian mereka. Penebangan liar telah melemahkan supremasi hukum, mendorong
korupsi dan di beberapa kejadian bahkan berkontribusi terhadap konflik
bersenjata.
Sebagian besar dari kayu dan produk-produk kayu yang
dihasilkan secara ilegal, dari hutan Amazon sampai dengan Asia Tenggara, pada
akhirnya dijual di pasar yang sangat menguntungkan di Eropa dan Amerika
Serikat. Menanggapi krisis ini, dan untuk mengatasi keterlibatan kedua pasar
tersebut dalam permasalahan ini, pemerintah Uni Eropa (UE) dan AS telah
mengesahkan legislasi yang melarang kayu ilegal untuk diperjual-belikan. Meskipun
legislasi tersebut berhasil menciptakan sedikit dampak, sejauh ini
peraturan-peraturan tersebut belum berhasil menghentikan mayoritas impor kayu
yang berasal dari sumber yang ilegal hingga mencapai pasar. Diperkirakan bahwa
AS terus mengimpor kayu yang berasal dari sumber ilegal yang bernilai mencapai
$3 milyar setiap tahunnya[1], selain itu kajian resmi dari EUTR
menemukan bahwa implementasi peraturan tersebut hingga saat ini masih
lemah. [2]
Satu alasan mengapa peraturan tersebut belum sepenuhnya
berlaku efektif adalah, meskipun banyak informasi mengenai penebangan liar di
negara-negara yang mengekspor kayu, belum ada bukti yang cukup memadai yang
berhasil mencapai lembaga-lembaga yang ditugaskan untuk menegakkan peraturan
ini di Eropa dan AS. Panduan ini bertujuan untuk menutup celah pada informasi
tersebut.
Panduan ini ditujukan untuk membantu masyarakat sipil untuk
mengidentifikasi kayu ilegal, melacak kayu ilegal yang beredar di pasar UE dan
AS, dan mengumpulkan bukti-buktinya kepada otoritas yang relevan. Dengan
mengambil contoh dari beberapa studi kasus di seluruh dunia, panduan ini
merangkum berbagai perangkat, metode dan teknologi mutakhir untuk melakukan
investigasi independen terhadap legalitas penebangan, perdagangan, ekspor dan untuk
melacak kayu yang dipasok dengan melanggar hukum melalui rantai pasok yang
rumit hingga mencapai konsumen akhir.
Panduan ini diharapkan bisa membantu setiap orang dan
kelompok-kelompok yang saat ini terlibat dalam penelitian yang relevan, selain
juga memberikan inspirasi dan memberdayakan masyarakat lainnya untuk bergabung
dengan mereka. Dengan semakin banyaknya orang yang dibantu untuk membeberkan
kasus-kasus penebangan liar dan perdagangan yang terkait dengannya, buku
panduan ini diharapkan bisa membantu memperbaiki implementasi hukum yang
relevan dan, pada akhirnya, mengurangi penebangan liar dan dampak kerusakannya
terhadap masyarakat dan lingkungan.
Untuk siapa buku panduan ini?
Buku Panduan ini pada intinya ditujukan untuk digunakan oleh
masyarakat sipil, termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), komunitas lokal
dan kelompok pemuda, dan para aktivis. Buku ini juga bisa menjadi buku yang
menarik bagi para jurnalis investigatif. Anda bisa saja seorang anggota
komunitas adat yang ingin mencari tahu siapa pihak yang sedang melakukan
penebangan di lahan anda dan apakah yang mereka lakukan merupakan hal yang
legal. Anda bisa saja sebuah LSM lokal atau aktivis independen yang ingin
memeriksa legalitas perizinan pembukaan hutan untuk perkebunan kelapa sawit,
dan melacak kemana perginya kayu-kayu yang dihasilkan. Anda bisa juga seorang
jurnalis investigatif di suatu negara bagian dari Uni Eropa yang ingin
menghasilkan cerita mengenai kayu ilegal yang digunakan untuk perabot taman.
Informasi dalam panduan ini relevan bagi setiap negara yang
menghadapi berbagai tindakan pelanggaran hukum terkait penebangan atau
pembukaan hutan dan perdagangan kayu yang terkait, dan bagi semua negara yang
mengimpor kayu dari negara-negara ini. Meskipun panduan ini terutama fokus pada
kasus-kasus yang berkaitan dengan rantai pasok ke UE dan AS, sebagian besar
dari metode-metode yang dijelaskan dapat diterapkan di berbagai kasus lain
dimana kayu dikirim ke negara-negara lain maupun dikonsumsi secara domestik.
Bahkan pada peristiwa yang tidak melibatkan produksi kayu: meskipun sebagian
besar dari panduan ini berkaitan dengan produksi kayu, sebagian besar perangkat
dan metode-metodenya cukup relevan untuk digunakan dalam kegiatan investigasi
pelanggaran hukum melalui pembukaan hutan (seperti untuk perkebunan komersil),
dimana tidak terdapat produksi kayu.
Informasi yang terdapat dalam buku panduan ini juga bisa
dimanfaatkan oleh pemerintah dan perusahaan. Lembaga-lembaga penegak hukum bisa
memanfaatkan buku ini untuk penelitian mereka sendiri, atau untuk meningkatkan
pemahaman terhadap informasi yang diberikan kepada mereka oleh rekan-rekan dari
LSM. Para pembeli produk kayu bisa memanfaatkan beberapa metode yang ada di
buku panduan ini untuk memeriksa legalitas kayu yang mereka beli. Penegak hukum
dan pembeli produk kayu bisa memperoleh manfaat dari informasi kontekstual yang
disajikan untuk meningkatkan pemahaman mereka mengenai fungsi pelanggaran hukum
dalam sektor yang rumit ini.
Bagaimana cara memanfaatkan buku panduan ini?
Kemungkinan tidak semua informasi dalam buku panduan ini
relevan bagi suatu kasus atau seorang pembaca tertentu. Para pembaca diharapkan
memanfaatkan buku panduan ini sebagai sebuah sumber bacaan, dengan menyerap
hanya bagian-bagian yang paling relevan bagi kebutuhan mereka, dan merujuk
kembali kepada buku ini secara bertahap seiring perkembangan penelitian yang
dilakukan. Buku panduan ini dibagi menjadi tiga bab, yang meliputi
pembahasan-pembahasan berikut:
Bagian 1-3 memberikan suatu gambaran umum
mengenai hukum yang telah disahkan di UE dan AS sebagai respon terhadap
penebangan liar yang merajalela di dunia, dan mengkaji bagaimana informasi dari
masyarakat sipil bisa mendukung implementasi dari undang-undang tersebut.
Bagian 4-10 menguraikan bagaimana pelanggaran
hukum berfungsi dalam sektor tersebut, dari hutan ke pasar, dan memberikan
panduan secara terperinci mengenai bagaimana seseorang atau lembaga bisa
melakukan investigasi di berbagai tahapan rantai pasok.
Bagian 11-13 menjelaskan mengenai bagaimana
informasi yang diperoleh selama investigasi bisa dimanfaatkan untuk mendukung
implementasi hukum, meningkatkan berbagai kebijakan dan menutup pasar bagi kayu
ilegal.
Buku panduan ini dipublikasikan bersama dengan situs
terkait yang memuat berbagai sumber informasi tambahan. Situs tersebut
akan diperbarui secara teratur dengan informasi baru termasuk berbagai
perubahan pada hukum, perkembangan teknologi-teknologi yang relevan dan studi
kasus baru. Situs tersebut juga akan memuat berbagai informasi mengenai kontak otoritas
yang relevan di UE dan AS yang terus diperbarui.
Earthsight, penerbit buku panduan ini, juga berupaya untuk
mengembangkan kemitraan dengan LSM yang terlibat dalam penelitian yang relevan.
Earthsight bisa menyediakan pendampingan pro-bono untuk membantu berbagai
lembaga dan individu untuk membangun, mengumpulkan dan mempublikasikan
kasus-kasus perdagangan kayu ilegal. Pendampingan bisa berupa dukungan untuk
memperoleh atau menganalisa penggalan informasi secara terpisah (misalnya
interogasi terhadap database catatan pengiriman), sampai dengan penelitian
bersama secara mendalam, termasuk kegiatan lapangan. Informasi lebih lanjut
mengenai kemitraan, termasuk bagaimana cara mengemukakan jika anda berminat,
bisa dilihat disini.
[1] Lawson, S. 2015. The Lacey Act’s
Effectiveness in Reducing Illegal Wood Imports. Union of Concerned
Scientists, http://www.ucsusa.org/sites/default/files/attach/2015/10/ucs-lacey-report-2015.pdf
[2] TEREA/S-for-S/Topperspective. 2016. Evaluation of the EU FLEGT Action Plan (Forest Law Enforcement Governance and Trade) 2004-2014. Commissioned by the European Commission through the European Forest Institute, http://www.flegt.org/evaluation
2. Penebangan liar dan respon dari negara konsumen
3. Bagaimana masyarakat sipil bisa membantu membasmi kayu ilegal
Bukti-bukti yang disajikan oleh LSM merupakan faktor penting
yang meyakinkan para pembuat peraturan untuk mengamandemen Lacey Act dan
mengesahkan EUTR. Bukti-bukti tersebut juga penting untuk memastikan kesuksesan
legislasi-legislasi tersebut. Informasi yang disediakan oleh pihak ketiga
merupakan hal yang penting untuk membantu penegakan; semua kasus yang paling
signifikan yang diupayakan hingga saat ini berdasarkan Lacey dan EUTR berakar
dari informasi yang disediakan oleh LSM. Informasi tersebut juga penting untuk
meningkatkan implementasi dan kepatuhan terhadap peraturan tersebut dalam
berbagai cara lain, memastikan bahwa hukum tersebut terus berlaku dan
diperbaiki secara bertahap.
EUTR secara resmi mengenali pentingnya informasi yang disediakan
oleh para anggota masyarakat. Suatu pasal dalam undang-undang tersebut secara
khusus menyatakan bahwa pihak-pihak berwenang bisa melakukan pemeriksaan
terhadap para pemanen domestik, importir kayu atau lembaga-lembaga pemantau
dengan dasar “kekhawatiran berdasarkan bukti” yang disediakan oleh pihak ketiga
terkait kepatuhan. Pembukaan peraturan ini menyatakan bahwa mereka harus
“berupaya keras” untuk melaksanakan pemeriksaan dalam situasi yang sedemikian.
Otoritas EUTR di sebagian besar negara UE menyatakan bahwa
mereka menggunakan informasi yang disediakan oleh pihak-pihak ketiga untuk
membantu menentukan pemeriksaan apa saja yang akan dilakukan. Suatu kajian
resmi EUTR pada bulan Februari 2016 menemukan kekhawatiran yang disertai bukti
secara luas dipergunakan selama dua tahun awal penerapan EUTR dan terbukti
merupakan “alat yang efisien untuk mengidentifikasi produk-produk atau
operator-operator yang akan diprioritaskan dalam melaksanakan pemeriksaan yang
berdasarkan resiko”. [1]
Informasi yang diberikan oleh masyarakat sipil bisa memiliki
dampak yang luas terhadap perilaku industri, bahkan ketika informasi tersebut
belum mencukupi untuk diadakannya suatu persidangan. Jika organisasi dan
individual bisa mendemonstrasikan adanya resiko pelanggaran hukum yang cukup
besar pada rantai pasok manapun, hal ini bisa menimbulkan ’efek segan’
pada pasar. Hal ini bisa mendorong para pembeli untuk tidak mengambil resiko
untuk melanggar hukum dan bisa menginformasikan uji tuntas mereka. Meskipun
Lacey Act tidak menerapkan sangsi hukum terhadap perusahaan-perusahaan yang
gagal melakukan uji tuntas, sebagaimana yang dilakukan EUTR,
perusahaan-perusahaan bisa dikenai hukuman yang lebih berat jika mereka sudah
mengetahui bahwa suatu sumber kayu adalah ilegal. Para investigator masyarakat
sipil bisa memastikan bahwa mereka mengetahui hal ini.
Dengan cara ini, mengalirkan serangkaian bukti kuat yang
konsisten ke domain publik terkait penebangan liar dan perdagangan yang terkait
dengannya akan meningkatkan kemungkinan tertangkapnya para pelanggar hukum atas
pembelian kayu ilegal dan hukumannya akan bertambah jika mereka tertangkap.
Jenis-jenis informasi yang bermanfaat
Spektrum pembuktian yang luas bisa bermanfaat dalam membantu
mengimplementasikan dan menegakkan EUTR dan Lacey Act. Idealnya, bukti yang
diberikan kepada petugas penegak hukum dengan sendirinya sudah cukup untuk
menjamin bahwa akan ada langkah yang diambil. Keseluruhan rantai pasok akan
terdokumentasikan dengan baik, dan bukti-bukti pelanggaran hukum yang tidak
terelakkan yang jelas-jelas akan berada dibawah cakupan EUTR atau Lacey bisa
diperoleh. Pada kenyataannya, hal ini jarang dilakukan. Di sebagian besar
kasus, bukti yang dikumpulkan oleh pihak-pihak ketiga secara independen
biasanya kurang lengkap; beberapa bukti bahkan mungkin berkaitan dengan
produk-produk atau area-area hukum negara produsen yang berada di luar cakupan
EUTR atau Lacey. Namun hal ini bukan berarti bahwa informasi tersebut tidak
bisa dimanfaatkan untuk menimbulkan dampak.
Otoritas penegak hukum bisa bekerja berdasarkan bukti yang
masih sebagian atau belum lengkap, dengan menggunakan otoritas mereka untuk
melakukan pemeriksaan dan mengakses informasi pemerintah. Misalnya, bukti kuat
mengenai tindakan pelanggaran hukum terkait kayu dari suatu pemasok tertentu
dari luar negeri bisa mendorong para petugas untuk memeriksa database bea cukai
untuk mencari tahu apakah perusahaan-perusahaan tertentu mengimpor dari pemasok
tersebut.
Bahkan ketika hanya bisa ditunjukkan bahwa suatu produk
kemungkinan namun belum pasti memiliki asal yang ilegal, hal ini mungkin sudah
cukup untuk mengubah perilaku perusahaan, atau mendemonstrasikan kegagalan
untuk berhati-hati jika nantinya ada bukti tambahan yang muncul. Bukti yang
terkait dengan produk-produk atau area-area hukum negara asal yang tidak
tercakup dalam legislasi yang sekarang bisa menjadi tambahan informasi bagi amandemen-amandemen
terhadap legislasi tersebut di masa yang akan datang. Komisi Eropa (European
Commission ), misalnya, sudah mempertimbangkan kemungkinan perluasan
kategori-kategori produk yang tercakup dalam EUTR.
Dibahwa merangkum berbagai macam cara dimana informasi
bisa mendukung implementasi hukum, memperluas hukum, dan mempengaruhi perilaku
dan kebijakan. Berbagai kemungkinan penerapan yang tersedia bagi berbagai
organisasi atau individu akan sangat bergantung pada bentuk informasi yang
berhasil mereka kumpulkan. Misalnya, mereka mungkin bisa mengumpulkan intelijen
terperinci mengenai suatu perusahaan, yang bisa memicu langkah penegakan.
Sebagai alternatif, mereka mungkin tidak memiliki informasi terperinci mengenai
satu perusahaan, namun memiliki bukti-bukti yang jauh lebih luas mengenai laju
tindakan pelanggaran hukum secara keseluruhan dari suatu negara. Hal ini
kemungkinan tidak akan memicu penegakan hukum terhadap suatu perusahaan
tertentu, namun bisa digunakan untuk menghalangi perusahaan-perusahaan lain
agar tidak mengambil sumber dari negara tersebut. Mereka bisa mengembangkan
suatu bukti yang kokoh mengenai pelanggaran hukum yang terdapat dalam suatu
produk tertentu yang pada saat ini berada di luar cakupan EUTR, sehingga bisa
mendukung upaya-upaya perluasan EUTR agar mencakup hal tersebut.
Bab yang setelah ini menjelaskan secara terperinci berbagai
cara dimana informasi yang relevan dan bukti bisa dikumpulkan oleh orang-orang
di berbagai belahan dunia. Bab terakhir akan menjelaskan cara-cara terbaik
untuk mengemas informasi ini, untuk memaksimalkan dampaknya.
Cara-cara dimana bukti dari pihak-pihak ketiga bisa
membantu mengimplementasikan Lacey dan EUTR
Mengarahkan secara langsung terhadap langkah penegakan. Idealnya,
bukti yang disediakan bagi para petugas penegakan hukum sudah memadai dengan
sendirinya untuk menjamin bahwa akan ada langkah yang diambil, meskipun hal ini
jarang.
Memberikan langkah awal. Meskipun kurang
lengkap, suatu bukti yang sudah terdokumentasikan dengan baik yang diberikan
oleh LSM kepada otoritas penegakan hukum sudah bisa memberikan poin awal
permulaan dimana mereka bisa mulai membangun suatu kasus.
Mempengaruhi prioritas penegakan. Selain
mendorong suatu langkah awal yang mendasari langkah-langkah pengembangan, bukti
yang bagus namun kurang lengkap yang disediakan oleh LSM bisa membantu
mempengaruhi berbagai keputusan yang dibuat oleh para petugas penegak hukum
mengenai bagaimana memfokuskan sumber daya, termasuk memilih pengiriman,
perusahaan atau rantai pasok produk mana saja yang perlu diperiksa.
Mendemonstrasikan pengetahuan awal. Dibawah EUTR
maupun Lacey, apakah suatu kasus akan ditindaklanjuti oleh pihak otoritas (dan
tingkat hukuman yang diterapkan) sebagian tergantung pada seberapa banyak yang
diketahui oleh suatu perusahaan, atau yang seharusnya telah diketahui, bahwa
kayu tersebut ilegal atau memiliki resiko pelanggaran hukum yang tinggi. LSM
bisa membantu mendorong dilakukannya persidangan nantinya, dan menambah tingkat
hukuman yang relevan, dengan menghubungi perusahaan-perusahaan yang diketemukan
mengimpor atau menangani produk-produk yang berisiko tinggi dan memperingatkan
mereka akan resiko yang terkandung.
Mempengaruhi perilaku sektor swasta. Bahkan
ketika bukti yang didapatkan oleh LSM belum menghasilkan langkah penegakan, hal
ini tetap bisa menghasilkan perubahan-perubahan secara sukarela pada
praktek-praktek pembelian oleh perusahaan-perusahaan. LSM bisa mengirimkan
informasi secara langsung kepada para pembeli yang teridentifikasi, dan jika
perlu juga memberikan tekanan dengan mempublikasikan temuan-temuan mereka.
Mempengaruhi kebijakan pemerintah. Ketika bukti
yang didapatkan oleh LSM belum digunakan dalam langkah penegakan karena bukti
tersebut berkaitan dengan produk-produk yang tidak berada di dalam cakupan atau
merupakan tindak pidana asal, atau karena pemerintah atau otoritas terkait
telah gagal dalam melaksanakan tugasnya untuk melakukan implementasi dan
penegakan layak, maka pengeksposan terhadap kasus tersebut bisa membantu
mendorong implementasi yang lebih baik atau bahkan membantu mendorong berbagai
amandemen legislasi sehingga cakupannya bisa diperluas.
[1] European Commission, EUTR Evaluation, February 2016, http://ec.europa.eu/environment/forests/eutr_report.htm
4. Memahami rantai pasokan
5. Panen ilegal
Dalam bab ini, kedua hal tersebut diatas masing-masing akan disebut sebagai “hak untuk memanen” dan “pelanggaran operasional”.
Berdasarkan prinsip-prinsip yang disebutkan di atas, ada berbagai jenis tipologi tindakan pelanggaran terhadap hukum, yang menggambarkan luasnya cakupan syaratan-syarat yang melandasi hak-hak pemanenan. Di hampir setiap negara, proses-proses perizinan yang cukup rumit sudah berevolusi untuk menata berbagai aspek pemanenan. Proses-proses yang dimaksud sudah melampaui pertanyaan sederhana terkait hak untuk menebang pohon. Ada beberapa peraturan yang bertujuan untuk memastikan bahwa negara tidak mengalami kerugian, mengurangi ancaman lingkungan, masyarakat memperoleh beberapa manfaat, dan spesies yang terlindungi tidak dipanen. Pelanggaran terhadap aspek pada rezim tersebut bisa menyebabkan produk yang dihasilkan menjadi tidak sah atau ilegal. Meskipun hutan-hutan yang memasok perdagangan global kayu tersebar di seluruh dunia, proses-proses perizinan dan cara-cara pelanggarannya menunjukkan lebih banyak kesamaan dibandingkan perbedaan. Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), misalnya, merupakan syarat wajib yang pada umumnya digunakan untuk melakukan tebang pilih dan konsesi pembukaan lahan. Konsesi kayu yang mempraktikkan ‘pengelolaan hutan yang berkelanjutan’ biasanya mewajibkan adanya rencana penebangan tahunan, yang menentukan wilayah-wilayah yang boleh dipanen dalam waktu setahun dan seberapa banyak yang boleh dipanen. Perusahaan-perusahaan yang memanen kayu biasanya dikenai pajak. Bab ini tidak akan memberikan katalog seluruh ketentuan hukum, namun akan fokus menjelaskan tindakan pelanggaran hukum yang sering teridentifikasi dan cara-cara mendeteksi dan mendokumentasikannya. Tipologi ini belum mencakup semua jenis pelanggaran hukum terkait penebangan, namun sudah memberikan suatu gambaran luas mengenai praktik-praktik pelanggaran hukum yang diidentifikasi oleh masyarakat sipil di seluruh Asia, Afrika, Amerika Latin dan Timur Jauh Rusia.6. Melakukan investigasi terhadap pemanenan: Kajian dokumen
7. Investigasi terhadap pemanenan: Investigasi Lapangan
8. Ilegal Transportasi, Pemrosesan dan Perdagangan
Jarak antara tempat pemanenan dan tempat ekspor bisa
sederhana atau kompleks. Di beberapa negara, misalnya Laos, kayu dinaikkan ke
truk yang dekat dengan poin pemanenan dan langsung diangkut ke penyeberangan di
perbatasan. Di negara-negara lain, rantai pasok bisa melibatkan lebih banyak
langkah, orang dan entitas. Di Indonesia, misalnya, kayu yang ditebang di Papua
bisa dikenai beberapa proses dasar, diangkut dengan kapal ke pulau Jawa, dijual
kepada penghasil perabot oleh makelar dan diekspor oleh agen.
Kegiatan investigasi pada tahap ini dalam rantai pasok
menawarkan dua manfaat. Yang pertama, hal ini bisa mengidentifikasi pergerakan
kayu dari sumber ilegal ke titik ekspor, yang bisa dilacak ke pasar-pasar yang
sensitif. Yang kedua, kegiatan ini bisa mengidentifikasi tindakan ilegal yang
tidak berkaitan dengan pemanenan. Pengangkutan, pemrosesan, perdagangan dan
ekspor kayu dikenai serangkaian peraturan untuk memastikan bahwa produk-produk
tersebut dikenai pajak yang semestinya dan mendukung manajemen kehutanan
melalui mekanisme arus hilir. Pelanggaran-pelanggaran terhadap
peraturan-peraturan ini sudah tercakup dalam definisi legalitas dalam EUTR dan
Lacey Act. Bahkan, dakwaan yang sukses dibawah Lacey Act dilakukan berdasarkan
tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan pada tahap ini dalam rantai pasok.
Bahkan jika kayu tersebut dipanen secara legal, ia menjadi ilegal jika
peraturan-peraturan di sepanjang rantai pasok dilanggar.
Pelanggaran-pelanggaran pada saat pengangkutan
Setelah kayu dipanen, di sebagian besar kasus, ada ketentuan
hukum untuk menandai kayu-kayu tersebut, seringkali dengan menggunakan palu
yang dirancang khusus (lihat Pustaka: Penandaan kayu). Penandaan kayu biasa dilakukan untuk memungkinkan, pada
tataran tertentu, ketertelusuran kembali ke sumbernya di sepanjang rantai
pasok. Beberapa rezim pemanenan mencakup pemeriksaan oleh pejabat pemerintah
setelah pemanenan, yang menghasilkan dokumen-dokumen yang membuktikan legalitas
hasil panen. Penandaan kayu juga memungkinkan pengecekan dengan mencocokkan
dengan inventori hutan atau rencana pemotongan, untuk memastikan bahwa
perusahaan-perusahaan tidak melakukan pemanenan yang melewati batas.
Fitur umum lainnya adalah penggunaan izin transportasi kayu,
yang diterbitkan oleh otoritas, yang seharusnya mendampingi kayu dari titik
pemanenan. Di Indonesia, misalnya, kayu dari hutan alam harus didampingi oleh
sertifikat legalitas, yang dilampirkan pada daftar kayu. Dokumen yang semacam
ini didesain untuk mencegah kayu ilegal untuk diangkut, selain juga
memungkinkan para petugas untuk mencocokkan antara bahan mentah yang digunakan
dalam pemrosesan dengan pemanenan tertentu yang sah. Dokumen-dokumen
pengangkutan kayu dan penandaan yang resmi kemungkinan hanya disyaratkan untuk
kayu, meskipun beberapa negara juga mensyaratkan hal ini bagi kayu sekunder
yang sudah diproses seperti bubuk gergaji.
Penandaan kayu dan dokumen-dokumen transportasi seringkali
berkaitan dengan tindakan pelanggaran hukum. Di banyak contoh, kayu-kayu tidak
ditandai sama sekali. Di Kamerun, Greenpeace telah mendokumentasikan
batang-batang kayu yang dipanen dengan melanggar hukum namun tetap ditandai
[lihat Studi Kasus 4]. Di Indonesia, JPIK pernah mengidentifikasi perusahaan-perusahaan
yang secara ilegal mengambil kayu dari hutan masyarakat dan mengangkutnya ke
pabrik penggergajian tanpa dokumen-dokumen pengangkutan [lihat Studi Kasus 5].
Penggunaan dokumen-dokumen pengangkutan secara ilegal juga
dilakukan untuk memfasilitasi pemanenan yang melewati batas atau
pelanggaran-pelanggaran hukum lainnya. Di Peru, dokumen-dokumen pengangkutan
sering digandakan dan dipalsukan, untuk memungkinkan pencucian kayu yang
dipanen secara ilegal melalui konsesi yang memiliki hak ‘resmi’ untuk memanen
[lihat Studi Kasus 6]. Di Republik Kongo pencucian difasilitasi dengan cara yang sama,
melalui duplikasi jumlah kayu dan tunggul kayu. Di Kamerun, dokumen
pengangkutan palsu yang terkait dengan hutan kemasyarakatan digunakan untuk
mencuci kayu ilegal. Di beberapa negara, pelarangan diberlakukan terhadap
pergerakan berbagai produk atau jenis produk dalam satu negara, seperti
pelarangan pada pengangkutan kayu keluar dari provinsi tertentu.
Pelanggaran-pelanggaran pada pemrosesan
Fasilitas-fasilitas pemrosesan, termasuk pabrik
penggergajian hulu dan pabrik-pabrik hilir, dikenai rezim peraturan yang
berbeda dengan yang mengatur sumber kayu yang mereka gunakan. Pabrik-pabrik
penggergajian seringkali membutuhkan perizinan yang valid dari otoritas
kehutanan untuk beroperasi, dan kemungkinan dikenai audit secara berkala. Kayu
yang telah dipanen atau diperdagangkan secara legal, bisa berkurang
legalitasnya jika diproses di suatu fasilitas yang melanggar peraturan yang
berlaku.
Pelanggaran-pelanggaran terhadap pelarangan ekspor
Dalam suatu upaya untuk menekan eksploitasi berlebih dan
mendukung industri pemrosesan domestik, banyak negara telah menerapkan
pelarangan atau pembatasan ekspor kayu-kayu gelondongan yang belum diproses dan
dalam beberapa kasus termasuk juga kayu gergajian kasar. Beberapa, termasuk
Brazil dan Indonesia, melarang keras ekspor kayu mentah. Di negara-negara lain,
gambarannya lebih rumit, dalam berbagai cara yang memfasilitasi penghindaran
terhadap pembatasan-pembatasan tersebut.
Di Laos, misalnya, ada pelarangan ekspor kayu, namun
pemerintah memiliki hak untuk mengecualikan pengiriman tertentu. Pada kenyataannya,
ekspor kayu merupakan hal yang normal, dengan adanya sedikit kejelasan di balik
keputusan, atau dasar hukum terkait pengecualian tersebut. Peraturan-peraturan
di Republik Kongo membatasi porsi panenan kayu gelondongan yang boleh diekspor
oleh masing-masing perusahaan kayu sebagai kayu yang belum diproses, namun izin
khusus bisa diperoleh untuk memperluas batasan ini. Pada praktiknya, porsi kayu
yang diekspor secara rutin telah melewati batas-batas standar. Di beberapa
negara, seperti Mozambik, pelarangan ekspor batang kayu dilarang untuk spesies
tertentu (biasanya bernilai tinggi).
Perusahaan-perusahaan pada umumnya melanggar kontrol ekspor
yang sedemikian, sering kali dengan berkolusi dengan petugas resmi. Kayu bisa
diekspor di dalam kontainer kapal dan tidak dideklarasikan. Kayu-kayu bisa
diseludupkan keluar dalam kapal-kapal kecil dan kemudian ditransfer ke kapal
yang lebih besar di laut atau di negara-negara tetangga. Ketika tiba di
negara-negara tujuan, kayu-kayu gelondongan yang ilegal bisa dengan berbohong
dideklarasikan berasal dari tempat lain, dengan dilengkapi seluruh perangkat
dokumen yang dipalsukan.
Penghindaran pajak
Beberapa praktik yang sama yang memungkinkan perusahaan
untuk menutupi asal kayu yang ilegal bisa dilakukan untuk meminimalisir
tanggung-jawab pajak. Pajak pemanenan bisa dihindari dengan cara
mendeklarasikan total volume kayu yang diambil dibawah jumlah yang sebenarnya
atau memalsukan jenis spesiesnya. Bea cukai dan tarif ekspor (baik secara umum
maupun khusus kayu) bisa dihindari dengan cara-cara yang sama. Hanya dalam
waktu satu bulan pada tahun 2012, misalnya, otoritas di Republik Kongo
memperkirakan bahwa 12 perusahaan telah gagal dalam mendeklarasikan hampir
4.500m3 kayu, dengan nilai komersil mencapai 2,5 juta euro.[1] Yang lebih sering dilakukan, selain
mendeklarasikan jumlah yang lebih kecil daripada sesungguhnya ketika
mengekspor, dan yang lebih sulit untuk dideteksi, adalah mendeklarasikan harga
yang dibayarkan dengan lebih rendah. Yang lebih sulit juga adalah kesalahan
harga transfer, ketika harga yang sebenarnya dibebankan dan dibayarkan oleh
perusahaan terkait lebih rendah daripada nilai yang sesungguhnya. Pada tahun
2008, misalnya, Greenpeace mempublikasikan dokumen-dokumen internal yang bocor
dari perusahaan penebangan kayu multi-nasional yang berkantor di Swiss, yang
mengindikasikan kesalahan sistematis pada pencantuman harga pada awal tahun 2000-an
terkait dengan ekspor kayu dari Republik Demokratik Kongo ke Republik Kongo.
Greenpeace memperkirakan bahwa kegiatan yang diekspos tersebut kemungkinan
telah merugikan pemerintah di kedua negara hingga hampir mencapai $10 juta
dalam bentuk pendapatan.[2]
Pelanggaran-pelanggaran terhadap CITES
Konvensi PBB mengenai Perdagangan Internasional Spesies
Langka (UN Convention on the International Trade in Endangered Species /
CITES) menerapkan pengendalian terhadap perdagangan internasional spesies
tertentu. Spesies yang terancam punah jika perdagangan internasional terus
berlangsung tanpa regulasi bisa ditambahkan ke dalam satu dari tiga Lampiran
Konvensi tersebut, sehingga memberikan berbagai batasan terhadap pengiriman
antar batas. Manfaat CITES bagi negara-negara yang berjuang untuk menegakkan
hukum domestik adalah, sebagai suatu perjanjian internasional, peraturan ini
bisa diterapkan di negara-negara tujuan atau pasar, tidak hanya negara sumber.
Berdasarkan definisinya, CITES mengatur spesies yang semakin
langka dan, pada akhirnya, biasanya bernilai tinggi. Spesies langka ini
termasuk beberapa spesies Dalbergia yang ditargetkan sebagai
kayu mawar yang berharga, dan Mahoni Daun Lebar. Untuk memungkinkan ekspor
produk-produk dengan spesifikasi tertentu dibawah daftar spesies CITES,
perusahaan harus memperoleh suatu izin dari Otoritas Pengelolaan CITES (CITES
Management Authority) di negara sumber pasokan. Untuk spesies pada Lampiran
III yang diekspor dari negara-negara selain negara yang berada dalam daftar,
diperlukan Sertifikat Asal CITES (CITES Certificate of Origin). Dalam
contoh-contoh lainnya, diperlukan Izin Ekspor CITES (CITES Export Permit).
Izin ekspor hanya bisa diterbitkan jika kayu dipasok secara legal dan (untuk
Lampiran II) jika ekspor tersebut tidak “membahayakan kelangsungan hidup
spesies tersebut”.[3] Meskipun peraturan ini menyediakan
lapisan tambahan bagi perlindungan dan pengawasan terhadap beberapa spesies
lindung, ia sering dilanggar.
Kayu yang dikenai ketentuan pengendalian CITES namun tidak
memiliki dokumen yang diharuskan kemungkinan diseludupkan dengan menggunakan
deklarasi palsu sebagai spesies lain, dengan deklarasi palsu sebagai kategori
produk yang tidak termasuk dalam daftar, atau melalui pengiriman yang melebihi
batas yan diizinkan. Bahkan ketika pengiriman sudah dicakup dalam izin CITES,
tindakan pelanggaran hukum sering dilakukan. Perizinan bisa diperoleh melalui
penipuan, diterbitkan melalui korupsi, atau dipalsukan. Contoh-contoh praktik
ini untuk kayu yang terdaftar dalam CITES telah didokumentasikan selama
beberapa tahun belakangan di Peru dan Republik Demokratik Kongo [lihat Studi
Kasus 6]. Pengiriman dengan izin CITES yang valid dikecualikan dari EUTR.
[1] http://rem.org.uk/documents/FM_REM_CAGDF_OIFLEG_Briefing_Note_3.pdf
[2] Greenpeace International, Conning
the Congo, July 2008,
http://www.greenpeace.org/international/Global/international/planet-2/report/2008/7/conning-the-congo.pdf
[3] https://cites.org/eng/disc/how.php
9. Melakukan investigasi terhadap pengangkutan, pemrosesan dan perdagangan
10. Penelusuran maju sampai konsumen akhir
Menggunakan kedua pendekatan tersebut untuk kasus yang sama
kemungkinan diperlukan atau bisa menghasilkan. Misalnya, jika upaya-upaya untuk
menelusuri suatu rantai pasok untuk suatu produk khusus ke depan dari negara
asal ternyata kurang efektif, mungkin perlu mundur dan berusaha menghubungkan
rantai pasok yang sama dengan melacak produk-produk yang relevan ke belakang
dari negara tujuan.
11. Mengkaji bukti
Tujuan utama dari panduan ini, dan jenis investigasi yang
dibahas di sini, adalah untuk mendukung penegakan hukum di sektor kayu yang
lebih baik. Meskipun demikian, tidak setiap investigasi akan mengarah pada
kasus yang bisa ditindak-lanjuti. Meskipun para investigator kemungkinan
berupaya membangun suatu badan pembuktian yang cukup kuat dan terperinci untuk
melakukan penuntutan berdasarkan Lacey Act atau EUTR, hal ini bisa juga
terbukti tidak mungkin untuk dilakukan.
Dalam hal ini, ada beberapa cara lain dimana bukti yang
terdokumentasikan dengan baik dan disajikan dengan baik bisa membantu
implementasi hukum, memperbaiki hukum dan mempengaruhi perilaku sektor swasta.
Ada berbagai opsi yang tersedia untuk melakukan penegakan dan advokasi,
tergantung dari kekuatan dan jenis bukti yang dikumpulkan selama investigasi.
Selama melakukan penelitian, para investigator harus secara
konsisten menanyakan apakah mereka sudah mencapai batas tertentu dimana
berbagai temuan sebaiknya dikemas dan dipublikasikan, dipresentasikan ke lembaga-lembaga
penegak hukum, atau keduanya. Merilis bukti terlalu cepat bisa kontraproduktif
– bukti tersebut mungkin masih kurang lengkap dan belum cukup untuk menciptakan
perubahan, dan mengurangi kemampuan untuk melakukan investigasi lebih jauh. Di
AS, secara hukum tidak diperkenankan pula untuk menerbitkan informasi tambahan
pada suatu kasus yang sudah diajukan kepada para otoritas, sehingga penting
halnya bahwa seluruh kemungkinan bukti sudah dikumpulkan sebelum dilakukan
pengajuan. Namun menyimpan bukti terlalu lama juga sama-sama bisa
kontraproduktif – validitas bukti seringkali berkurang seiring dengan
berjalannya waktu, dan metode-metode dan rantai pasok bisa berubah.
Penting untuk secara konsisten mengakses status investigasi,
dengan mempertimbangkan berbagai opsi yang tersedia jika kasus tersebut
diekspos sekarang, dan jika investigasi lebih lanjut akan memperbaiki opsi-opsi
tersebut. Opsi-opsi utama yang bisa dipertimbangkan ketika mengkaji
temuan-temuan investigasi adalah sebagai berikut.
Penegakan
Jika ada bukti yang menunjukkkan hubungan rantai pasok dari
sumber pasokan sampai dengan AS atau UE, yang sudah dilengkapi beberapa bukti
terkait tindakan pelanggaran hukum, informasi tersebut bisa diberikan kepada
lembaga-lembaga penegak hukum di wilayah yurisdiksi yang relevan. Informasi
tersebut tidak harus lengkap, karena lembaga-lembaga penegak hukum bisa
melakukan penyelidikan ketika ada kasus yang meyakinkan bahwa mereka harus
melakukannya. Dalam UE, komponen uji tuntas EUTR mengenalkan potensi melaporkan
suatu kasus kepada penegak hukum bahkan jika sumber produk tersebut masih belum
jelas. Pada saat yang sama, semakin lengkap bukti yang diajukan, semakin besar
kemungkinan bahwa suatu tindakan dapat dan akan diambil.
Mengekspos rantai pasok berisiko tinggi
Ketika ada bukti dimana kayu dengan jumlah yang cukup
signifikan yang bersumber dari tempat tertentu adalah ilegal, informasi ini
bisa disajikan kepada lembaga-lembaga penegak hukum dan diekspos ke publik,
baik ketika ada maupun tidak ada hubungan yang jelas dengan perusahaan tertentu
di pasar konsumen akhir. Kegiatan ini bisa membantu lembaga-lembaga penegak
hukum dalam memonitor perusahaan-perusahaan yang berada di dalam wilayah
yurisdiksinya, mendorong mereka untuk memperhatikan produk-produk dari sumber
tertentu. Jika informasi tersebut secara umum diekspos, baik melalui media atau
dengan cara mengedarkan informasi tersebut ke suatu audien tertentu, hal ini
bisa menciptakan ‘efek segan’ terhadap impor dari sumber yang sama.
Perusahaan-perusahaan di UE harus melakukan uji tuntas pada impor, sementara
perusahaan di AS dikenai sangsi-sangsi yang lebih berat jika mereka gagal untuk
berhati-hati. Memastikan bahwa mereka telah memperoleh informasi yang cukup
seharusnya bisa mendorong mereka untuk melakukan pengawasan yang lebih
ketat terhadap sumber-sumber pasokan yang berisiko tinggi.
Mengekspos isu-isu diluar ranah undang-undang kayu
Banyak investigasi yang bisa memunculkan bukti pelanggaran
yang berada di luar undang-undang impor kayu. EUTR dan Lacey Act menggunakan
basis hukum negara sumber pasokan; jika negara-negara sumber pasokan tersebut
tidak melarang tindakan-tindakan tertentu, undang-undang di negara pasar ini
tidak dapat berlaku. Hal ini terutama signifikan ketika terkait dengan hak
asasi dan hak lahan. Jika negara-negara tidak secara legal mengenali hak-hak
adat masyarakat adat terhadap hutan, EUTR dan Lacey Act tidak dapat digunakan
untuk mengadili pengambilan sumber daya alam dari hutan-hutan tersebut. Bukan
berarti bahwa mengekspos hal ini ke ranah publik tidak bermanfaat. Jika suatu
koneksi rantai pasok secara luas atau spesifik yang menjangkau UE atau AS bisa
ditunjukkan, mengekspos hal ini bisa merubah perilaku sektor swasta.
Perusahaan-perusahaan di UE dan AS sadar akan pencemaran nama baik, dan
resiko-resiko-nya terhadap bisnis mereka jika mereka dikaitkan dengan
pelanggaran hak asasi manusia atau kerusakan keragaman hayati.
Mengekspos rantai pasok di pasar yang belum memiliki
regulasi
Meskipun UE dan AS mengambil jatah yang paling signifikan dalam
perdagangan kayu global, beberapa negara lain mengimpor volume yang signifikan.
Beberapa negara ini, terutama Jepang, Cina dan India, terus tumbuh dalam hal
perdagangan kayu ilegal, dan tidak memiliki undang-undang seperti EUTR dan
Lacey Act. Jika ada investigasi – kemungkinan banyak – yang kemudian mengarah
kepada negara-negara ini, Lacey Act dan EUTR bisa diterapkan jika kayu tersebut
nantinya di ekspor ulang kembali ke UE atau AS, namun menunjukkan
hubungan-hubungan tersebut sangat sulit. Meskipun demikian, Lacey Act dan EUTR
disahkan karena adanya tekanan publik – dan, yang penting, bukti – akan luasnya
perdagangan kayu ilegal. Tekanan semakin besar di Cina dan Jepang untuk
mengenalkan legislasi yang serupa. Mengekspos rantai pasok ilegal ke negara-negara
ini bisa mendukung upaya-upaya tersebut. Dengan demikian, merupakan hal yang
bermanfaat untuk mengekspos kasus tersebut ke ranah publik, namun juga berupaya
untuk menyediakan bukti-buktinya secara formal ke lembaga-lembaga pemerintah
baik di negara sumber pasokan maupun pasar.
Investigasi yang lebih mendalam atau lebih luas
Kemungkinan akan ada suatu titik dalam investigasi dimana
diputuskan bahwa tidak mungkin membuktikan suatu kasus terhadap target
tertentu, atau bukti tidak mencukupi untuk mendukung suatu hipotesis. Merupakan
hal yang penting untuk sangat teliti dan tidak mengabaikan suatu penyelidikan
secara keseluruhan terlalu cepat. Menggali lebih dalam dengan lebih terperinci
pada target yang lebih ketat dan dipersempit (baik dari segi luas wilayah atau
perusahaan), atau memperluas penyelidikan ke wilayah atau rantai pasok yang
lebih luas, bisa membawa terobosan-terobosan baru. Proses tersebut bisa membawa
berbagai wawasan baru yang memungkinkan investigator untuk kembali ke target
asli-nya dengan ide-ide segar.
Jalan buntu
Tidak setiap investigasi akan menghasilkan bukti atau informasi yang dapat ditindak-lanjuti yang dapat memberikan ‘efek segan’ pada suatu rantai pasok. Namun semua investigasi bisa memandu investigasi-investigasi lebih lanjut, meningkatkan pemahaman para investigator mengenai aktor-aktor yang terlibat, dan meningkatkan kegiatan kampanye mereka. Jika diambil keputusan untuk mengakhiri suatu investigasi tanpa mengambil langkah lebih lanjut, beberapa prinsip sederhana harus diimplementasikan untuk memastikan bahwa pekerjaan tersebut tidak terbuang percuma. Seluruh bukti yang dikumpulkan selama investigasi, baik data dalam bentuk cetak maupun digital, harus diarsipkan atau disimpan dengan cara yang sedemikian sehingga dokumen tersebut bisa dengan mudah diperoleh kembali. Harus dibuat satu dokumen yang merangkum tujuan, perkembangan dan kesimpulan investigasi. Dokumen tersebut harus mencantumkan referensi bukti dan catatan mengenai bagaimana cara menemukannya. Harus menjadi bahan pertimbangan bahwa apa yang terlihat seperti suatu jalan buntu bisa muncul kembali dalam waktu beberapa minggu, jika informasi baru muncul. Pada saat itu – baik beberapa minggu atau tahun kemudian – kemampuan untuk mengakses kembali dan memahami suatu investigasi akan terbukti sangat bernilai.